INDRAMAYU - PANTURA HEADLINES
Masyarakat Desa Kedokanbunder Kecamatan Kedokan Kabupaten Indramayu Jawa Barat
setiap tahunnya harus pasrah dan mengeluh. 

Pasalnya, setiap digelarnya Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB} di SMA Negeri I Kedokanbunder itu, masih banyak calon siswa yang tidak bisa diterima, dengan alasan keterbatasan ruang kelas belajar. 

Diketahuinya bahwa pihak sekolah yang seringkali mengajukan untuk penambahan ruang kelas baru kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, namun disayangkan 
 belum pernah terealisasi. 

Menurut Tokoh Masyarakat Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu H. Sugiarto mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan, banyaknya peminat calon siswa didik baru yang ingin bersekolah di SMA tersebut seringkali ditemukan tidak diterima, dengan alasan quota penerimaan sudah tercukupi. 

Hal ini tentunya sangat merugikan bagi calon generasi penerus anak bangsa khususnya di wilayah Kecamatan Kedokanbunder yang ingin melanjutkan pembelajarannya di SMA Negeri itu pun, terpaksa putus sekolah karena tidak mampu melanjutkan pembelajarannya di sekolah SMA Swasta. 

"Setiap PPDB di SMAN 1 Kedokanbunder alasannya selalu klasik yaitu quota penerimaan siswa baru sudah penuh. Dan setelah dilihat tidak ada lagi ruang kelas yang bisa menampungnya,"ujar Sugiarto Rabu 23 Januari 2025 kepada Pantura Headlines. 

Sugiarto yang juga mewakili masyarakat disekitar sekolah itupun berharap, kepada Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, khususnya Anggota Komisi V yang membidangi Pendidikan kiranya dapat memberikan dukungan kepada Dinas Pendidikan Jawa Barat, bahwa SMAN 1 Kedokanbunder bisa mendapatkan penambahan ruang kelas baru agar tidak ada lagi keluhan dari masyarakat sekaligus orang tua siswa ini. 

Hal inipun ditegaskannya, agar di tahun tahun berikutnya tidak terjadi lagi calon generasi penerus bangsa yang putus sekolah.  

Ditemui diruang kerjanya Kepala SMA Negeri 1 Kedongkan Bunder Erna Setyawati, M. Pd membenarkan bahwa keluhan dari masyarakat itu seringkali diterimanya, terlebih saat digelarnya PPDB. 

Pihaknya hanya bisa menjelaskan, bukan ditolak akan tetapi dengan keterbatasan jumlah ruang belajar yang ada, setiap pelaksanaan PPDB terpaksa banyak calon siswa yang tidak bisa diterima. 

Menurut Erna dari data yang ada, SMAN 1 Kedokan Bunder hanya memiliki Sembilan ruang Rombongan Belajar (Rombel) dengan jumlah per rombel sebanyak 36 siswa. 

"Wajar jika kami tidak bisa menerimanya, karena keterbatasan ruang belajat yang tidak ada," ujar Kepsek Erna.

Saat ditanya sudah pernahkah sekolah yang dipimpinnya ini mengajukan penambahan ruang kelas baru kepada Disdik Jabar? Erna yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Wakil Kepala SMAN 1 Sindang Indramayu ini menjelaskan, sudah tiga kali mengajukan melalui Dapodik yang disampaikan kepada Disdik Jabar. 

Pihaknya tidak bisa mengelak jika pengajuan tersebut belum mendapatkan realisasi dari Disdik Jabar. Namun ia meyakininya entah kapan waktunya sekolah yang menjadi tanah dan tanggungjawabnya akan mendapatkan prioritas Penambahan Ruang Kelas Baru. 

"Kami tetap berupaya, semoga sekolah ini mendapat prioritas mendapatkan ruang kelas baru, agar tidak ada lagi keluhan masyarakat setiap tahun ajaran baru," ucapnya. 

Dikatakannya juga, dari luas lahan sekolah yang ada saat ini, hanya bisa di bangun satu ruang belajar. Sedangkan dari data Dapodik yang diserahkan  ke Disdik Jabar setiap tahunnya itu, pihaknya berharap sekolah yang dipimpinnya mendapatkan Sepuluh ruang belajar baru. 

Di akhir wawancaranya itu Erna juga mengakui bahwa untuk angka putus sekolah setiap tahunnya cukup meningkat dengan alasan tidak sanggup bersekolah di tempat lain karena faktor jarak tempuh dan biaya. 

Yang akhirnya mereka lebih memilih bekerja ke luar negeri, gegara tidak bisa melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Kedokanbunder. 

"Mendengar itu tentunya kami sangat miris, meskipun para guru, wali murid dan unsur komite sudah menjelaskan kepada masyarakat melalui sosialisasi agar putra putri nya tetap bersekolah dimana pun," kata Erna. 

"Dengan kejadian ini kami sangat berharap ditahun tahun berikutnya tidak ada lagi generasi penerus anak bangsa yang putus sekolah," tutupnya. (Jujun Juhanda/PH).